Ada sebuah kebenaran yang sering kita lupakan: firman Tuhan tidak pernah kehilangan kuasa-Nya, dan bagaimana firman itu dihayati bisa sangat dipengaruhi oleh bahasa yang menyampaikannya. Bagi banyak orang, bahasa ibu bukan sekadar alat komunikasi. Ia adalah jendela hati, cara berpikir, dan pintu masuk bagi kebenaran yang mengubah hidup. Maka ketika firman hadir dalam bahasa yang paling akrab, ia tidak lagi sekadar terdengar, tetapi benar-benar dirasakan.

Rimekong* dan Gaon* merupakan kelompok Suku Terabaikan (STA) di Indonesia, selama ini dikenal dengan berbagai tantangan sosial, seperti kriminalitas, narkoba, hingga prostitusi. Namun di tengah bayangan kelam itu, terang firman mulai masuk dan membawa harapan baru. Sejak inisiatif penerjemahan Alkitab dimulai, lahirlah sebuah perubahan: generasi yang sebelumnya haus pegangan hidup kini menemukan dasar yang kokoh dalam firman Tuhan.

Perjalanan ini bukan tanpa rintangan, tetapi justru di situlah keindahannya. Di tengah budaya dan realitas hidup yang keras, ada orang-orang yang setia belajar dan melayani. Mereka yakin, bahasa Rimekong dan Gaon bukan sekadar bahasa sehari-hari, melainkan saluran yang Tuhan pakai untuk menyatakan kasih dan kebenaran-Nya.

Pada 27 dan 29 Agustus lalu, momen bersejarah itu akhirnya tiba: Alkitab dalam bahasa Rimekong* dan Gaon* didedikasikan bagi komunitas setempat. Firman Tuhan dalam bahasa ibu kini dapat digunakan secara luas, dan dari sanalah perubahan mulai nyata.

Banyak orang mengalami karya Tuhan, diubahkan hidupnya, bahkan menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamat.

“Kami sangat bersukacita karena dedikasi hari ini telah dilaksanakan, Firman Tuhan yang hidup kini tersedia untuk komunitas penutur, semoga melalui ini terang kemuliaan Tuhan dapat tersebar dan mengubahkan hidup banyak orang.” __Lila – Fasilitator Bahasa Rimekong*

Sungguh, terang Tuhan tidak pernah padam. Ia kini bersinar di tanah Rimekong* dan Gaon*, melalui bahasa yang dekat di hati.

* pseudonym