Tanggal 28 Oktober menjadi hari yang berkesan bagi Tim Gaon*. Bersama para Utusan Lintas Budaya dari berbagai organisasi, mereka belajar menggunakan hasil terjemahan melalui kelompok persekutuan cerita. Bukan sekadar pelatihan metode, pertemuan itu menjadi ruang di mana cerita-cerita Alkitab kembali bernapas di tengah persekutuan lintas latar belakang.

Dalam proses berbagi, mereka menyadari bahwa setiap cerita yang diterjemahkan memiliki daya untuk menyatukan. Bahasa yang sebelumnya hanya dimiliki oleh satu komunitas kini menjadi milik bersama, menjembatani keragaman menjadi kesatuan. Ketika mereka mulai mendengarkan dan menuturkan kembali kisah Firman dalam bahasa yang akrab, tumbuh rasa memiliki, bukan hanya terhadap cerita itu, tapi juga terhadap satu sama lain.

Dari perjumpaan itu, lahirlah benih komunitas baru: orang-orang yang berbeda pelayanan, namun satu hati untuk membawa Firman hidup di tengah bangsa sendiri. Kolaborasi ini mengingatkan mereka bahwa penerjemahan tidak berhenti pada hasil, tetapi menemukan maknanya ketika digunakan bersama, menghidupkan kembali kasih dan persekutuan yang membangun tubuh Kristus.

Kolaborasi ini menjadi bukti bahwa ketika hasil terjemahan digunakan bersama, komunitas baru lahir dan misi Allah terus bergerak.

*pseudonym