Tanggal 28–29 September 2025 merupakan hari bersejarah, karena masyarakat penutur bahasa Jiah*, Uyakes*, dan Maladkana* kini telah memiliki cerita Alkitab lisan dalam bahasa mereka sendiri. Bagi komunitas ini, firman Allah tidak lagi terasa jauh, tetapi hadir dekat dalam bahasa hati.

Ketiga bahasa ini termasuk dalam komunitas Suku Terabaikan (STA) di Indonesia. Bersyukur, melalui penerjemahan cerita Alkitab lisan, mereka kini dapat dijangkau oleh terang firman yang hidup. Ini bukan sekadar tanda keberhasilan sebuah program, melainkan jejak Misi Allah yang nyata di tengah perjalanan penuh tantangan.

Dalam jatuh bangun, dalam proses panjang yang melelahkan sekaligus menguatkan, Allah menunjukkan bahwa misi-Nya terus bergerak dan tidak pernah berhenti. Cerita Alkitab lisan menjadi saksi bahwa misi bukan karya manusia, melainkan pekerjaan Allah yang dikerjakan melalui orang-orang yang mau dipakai-Nya.

Dedikasi ini meneguhkan kita semua: Allah yang memulai, Ia juga yang menuntun dan menyelesaikan. Kiranya hasil penerjemahan ini sungguh digunakan dengan baik di tengah komunitas, sehingga firman Allah mengubahkan hidup mereka, menuntun langkah, dan membawa banyak orang semakin mengenal Kristus.

*) Nama disamarkan