Injil Lukas dalam bahasa Tambee telah selesai diterjemahkan. Tim penerjemah bersama Kartidaya dan tim dari Lembaga Pelayanan Mahasiswa Indonesia (LPMI) kemudian merencanakan pembuatan film Yesus versi Lukas dalam bahasa Tambee.
Mempersiapkan film Yesus, tentu harus mempersiapkan proses sulih suaranya. Ketika mendengar persyaratan dan kebutuhan yang harus tersedia, saya dan tim penerjemah bahasa Tambee berpikir bahwa sepertinya ini sesuatu yang tidak dapat kami lakukan. Kami harus menyiapkan orang yang cukup banyak dan juga tempat untuk melakukan rekaman, satu tempat yang kedap suara dan juga ber-AC.
Bagaimana kami menyiapkan orang-orang dengan karakter yang sesuai dengan orang-orang yang ada dalam film tersebut? Kami hanya orang desa, mayoritas petani yang tidak memiliki pengalaman banyak dan pengetahuan luas untuk melakukan sulih suara. Dan kami juga tidak punya dana untuk membangun satu ruangan yang layak untuk melakukan rekaman.
Di tengah rasa ragu, kami berjuang membangun semangat dan iman kami bahwa Allah adalah pemilik misi ini. Kami pun ambil langkah iman untuk membagikan beban ini kepada jemaat dan saudara seiman penutur bahasa Tambee.
Hasilnya … luar biasa. Kami mendapatkan orang-orang yang begitu berkomitmen untuk menjadi pengisi suara, mulai dari anak-anak, pemuda, bahkan orang tua. Bukan hanya kolaborasi usia, namun juga terjadi kolaborasi strata pendidikan. Ada yang tidak tamat sekolah dasar sampai yang sarjana, bahkan yang paling spektakuler ada orang tua yang sudah emeritus, Bpk. A.R. Paleona. Mereka semua berjuang untuk menghafal teks dengan baik, bahkan sampai membawanya ketika sedang berladang.
Sementara itu, seluruh jemaat juga bersatu membangun satu ruangan untuk sulih suara. Saya nyaris tidak percaya bagaimana dana besar itu bisa terkumpul dengan cepat sehingga satu bangunan untuk sulih suara dapat selesai dengan cepat pula. Satu bangunan kedap suara yang layak untuk sulih suara dan memiliki AC.
Sesungguhnya, ini bukan kerja kami, tetapi Tuhan. Tuhan yang menggerakan hati jemaat Landangi, penutur bahasa Tambee untuk bersatu, karena mereka tahu ini milik mereka. Kalau bukan kami, siapa lagi yang kami harapkan? Ini milik kami, penutur bahasa Tambee.
(Pdt. Wayan Norsa, Ketua MJ GKST Sion Landangi-Bahasa Tambee).